Pengantar
Ayam kampung boleh dikatakan sebagai ayam asli Indonesia yang sudah
dipelihara sejak jaman dahulu. Ayam ini memiliki potensi yang sudah
terbukti, mampu member kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan keluarga,
setidaknya sebagai penghasil daging dan telur. Kebanyakan ayam kampung
bersifat dwifungsi, yaitu sebagai penghasil daging dan penghasil telur,
dan biasanya tergantung bagaimana tujuan peternak memelihara ayam
kampung.
Ayam kampung merupakan hasil domestikasi ayam hutan merah
selama berabad-abad. Ayam kampung yang ada di Indonesia morfologinya
(bentuk-bentuk fisik) sangat beragam, sulit sekali dibedakan dan
dikelompokkan ke dalam klasifikasi tertentu. Karena tidak memiliki ciri
yang khusus dan tidak adanya ketentuan tujuan dan arah usaha
peternakannya, ayam kampung dinamakan juga sebagai ayam buras (bukan
ras), untuk membedakan dengan ayam yang sudah jelas tujuan dan arah
usahanya, misalnya khusus petelur atau pedaging) yang disebut dengan
ayam ras. Produktivitas ayam kampung yang dipelihara secara ala kadarnya
memang masih rendah. Produksi telur per tahunnya sekitar 60 butir dan
berat badan ayam jantan dewasa tidak melebihi dari 2 kg. Apa lagi ayam
betina dan ayam-ayam yang sudah tua maka berat badannya jauh lebih
rendah lagi. Namun demikian, bila ayam kampung dipelihara secara benar,
tepat dan intensif maka produktivitasnya dapat ditingkatkan, khususnya
bila diarahkan untuk petelur.
Menentukan Tujuan
Beternak ayam kampung perlu dipersiapkan beberapa hal, diantaranya
adalah penetapan tujuan beternak, apakah sebagai penghasil daging atau
penghasil telur. Penentuan tujuan ini penting karena akan menentukan
cara memelihara dan manajemennya, termasuk dalam pemilihan induk untuk
bibitnya. Selain menentukan tujuan komoditas yang akan diproduksi,
penentuan maksud beternak juga penting. Setidaknya ada 3 maksud dan
tujuan orang beternak ayam kampung, yaitu beternak hanya sekedar mengisi
waktu luang dan beternak sebagai sumber penghasilahan keluarga. Bila
beternak hanya untuk mengisi waktu luang, maka kepuasan yang dicapai
adalah kepuasan mengisi waktu dengan kesibukan sehari-hari mengurus
ternak. Kepuasan tersebut memberikan nilai tersendiri, terutama bagi
yang sudah pension. Selain kepuasan tersebut, beternak juga menambah
hasil berupa telur atau anak ayam atau daging walaupun ini bukanlah
target utama dari beternak. Maksud dan tujuan yang kedua adalah beternak
sebagai usaha penghasil pendapatan. Bila tujuan ini sudah ditetapkan
maka usaha peternakan ayam kampung yang dijalankan akan menerapkan
kaidah-kaidah usaha. Keuntungan berupa ekonomi merupakan target utama
yang harus dihasilkan. Kepuasan peternak akan ditentukan dengan seberapa
banyak nilai ekonomi yang dihasilkan dari peternakan yang dijalankan.
Penentuan Lokasi
Beternak ayam kampung petelur juga harus memenuhi syarat teknis
lokasi sebagaimana beternak ternak lainnya. Bila ternak dipelihara dalam
jumlah yang besar maka akan dapat menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Gangguan dapat berupa suara ayam, kotoran ayam,
pakan dan lalulintas pengangkutan produksi dan sarana produksi. Selain
itu, ternak yang dipelihara juga harus memenuhi criteria kenyamanan
lingkungan sehingga tidak mudah mengalami stress, mudah terjangkit
penyakit dan sebagainya. Syarat-syarat lokasi yang dipillih dalam
beternak ayam kampung petelur adalah: 1. Lokasi tidak jauh dari
pemasaran hasil dan sumber-sumber factor produksi. Jika keduanya tidak
bisa diperoleh secara bersamaan maka yang diutamakan adalah dekat dengan
sumber factor produksi. Bila jauh dengan pemasaran, ada kemungkinan
pembeli mengambil sendiri ke lokasi peternakan. 2. Lokasi harus jauh
dari keramaian, tetapi ada jalur transportasi dan komunikasi. Keramaian
akan mengganggu ternak dan sebaliknya. Sedangkan jalur transportasi
adalah untuk memudahkan pemasaran hasil dan penyediaan factor produksi.
3. Lokasi seharusnya memenuhi aturan tataguna lahan dari pemerintah
daerah setempat. Hal ini perlu karena kawasan akan terus berkembang
sesuai dengan peruntukannya. Jangan sapai peternak memilih lokasi yang
peruntukkannya ke depan sebagai pusat perkantoran atau pemukima. 4.
Lokasi hendaknya mempunyai sumber-sumber air bersih yang cukup, tidak di
bawah lembah atau di atas bukit.
Pemilihan Bibit
Sekalipun ayam kampung tidak memiliki ciri khas dalam hal bentuk
badan dan warna bulunya, bila dipelihara secara teratur dan terarah,
ayam kampung akan memberikan hasil yang cukup baik. Sebaiknya dalam
beternak dan mengembangbiakkan ayam kampung petelur ini, terlebih dahulu
dilakukan pemilihan/seleksi bibit/induk dengan seksama. Pemilihan bibit
dapat dilakukan dengan memilih calon indukan yang sejenis, yaitu bentuk
badan seragam, besar kecilnya seukuran dan umurnya tidak terpaut jauh.
Sebaiknya calon induk telah berumur paling tidak 7 bulan. Calon bibit
tersebut sebaiknya secara turun temurun memiliki sifat-sifat pembawaan
yang baik dan sehat, tidak terdapat bagian tubuh yang cacat, berasal
dari kelompok atau kawanan ayam yang terpilih, pertumbuhan badannya baik
dan hasil telurnya banyak. Calon bibit yang baik memiliki beberapa
sifat yang khas. Di antaranya adalah tingkah lakunya yang gembira,
gerakannya kuat dan tangkas, tidak taku didekati orang, suaranya agak
ramai apabila didekati dan diberi makan, nafsu makannya baik dan aktf
mencari makan sepanjang hari, keluar kandang pagi-pagi dan baru masuk
kandang setelah matahari terbenam. Ayam yang baik untuk bibit juga
berbulu mengkilap dan cerah. Ayam yang sehat dan normal dapat ditilik
dengan melihat tanda-tanda fisiknya sebagai berikut: 1. Bagian tubuh.
Bangun tubuhnya tidak ada kelainan, selaras dan sesuai dengan jenis
ayamnya. 2. Pertulangan. Tulang harus kuat dan normal. 3. Perototan.
Otot gempal, padat, berisi dan tidka berlemak. Ini dapat diperkirakan
dengan meraba tulang dada dan paha. Cara ini juga dapat diginakan untuk
menafsirkan keadaan umum tubuh, eksehatan dan gaya hidup ayam yang
bersangkutan. 4. Kulit. Keadaan kulit bila diraba terasa lembut, agak
basah, dan tidak ada bagian yang rusak atau cacat. Warnanya segar agak
mengkilap. 5. Bulu. Bentuk bulu mencerminkan keadaan kulit, kesehatan
dan gaya hidup ayam bersangkutan. Bulu ayam yang haslus letaknya teratur
pada tubuh, menghimpit rapat seolah-olah tidak ada ruang kosong
diantara bulu-bulu tersebut. Bentuk dan besar bulu harus sesuai dengan
jenis puspa ragam dari jenis ayam bersangkutan. Semkain mengkilap maka
semakin kuat dan sehat ayam bersangkutan. 6. Suhu badan. Suhu badan
normal, sekitar 41-42 oC. 7. Berat badan. Berat badan harus sesuai
dengan jenis ayam bersangkutan. 8. Kepala. Kepala berbentuk bulat
panjang, tidak terlalu gepeng dan berbangun kasar. Jengger kokoh dan
kuat, tidak tipis dan tidak terlalu besar. Warnanya merah menyala, agak
mengkilap. Bila dipegang terasa hangat, lentur dan berjaringan halus.
Gelang kuping dan daun telinga bentuknya bulat panjang atau jorong,
warnanya tegas, tidak suram. 9. Mata. Mata bewrbentuk bulat, agak
melotot sedikit, membuka luas kurang lebih di tengah pipi (samping
kepala), bebas dari jarigan tubuh yang mengganggu penglihatan.
Pemandangan cerah ceria, penuh perhatian, dan gemar melakukan sesuatu.
Ghelang mata segar, berwarna kuning kemerah-merahan dan tidak lemah.
Selaput lender mata jernih, mengkilap, dan selalu basah. Selaput bening
mata jernih dan selalu basah. 10. Leher. Jangan terlalu panjang dan
terlalu pendek, kecuali jenis tertentu seperti pelung. 11. Dada. Bentuk
dada agak montok ke depan, lebar dan kuat. Leher dan dada harus
merupakan satu kesatuan yang kokoh. Tembolok terisi penuh, regang, tapi
tidak terlalu keras. 12. Badan dan tubuh bagian belakang. Badan agak
panjang, lebar dan dalam. Hal ini menandakan bahwa alat-alat tubuhnya
berada pada posisi yang tepat dan seharusnya. Tubuh bagian belakang
harus penuh dan dalam. Tubuh belakang ayam yang terbesar terletak
terletak di belakang garis melintang antara kedua kaki ayam. Punggung
panjang, lebar, dan lurus. Punggung datar, tidak melengkung. 13. Perut
penelur. Perut penelur terletak dia natara di belakang garis melintang
antara kedua kaki, dengan jarak anatara kedua kaki cukup lebar. Jarak
antara ujung utlang dada dan tulang kelangkang sekitar 3 – 4 jari orang
dewasa. Perut penelur ini kalau diraba tarasa halus dan lunak seperti
beludru, bentuknya bulat cembung. 14. Sayap. Sayap harus normal dan
kuat. Tidak boleh tergantung atau terkulai lemah, harus menghimpit tepat
pada badan. 15. Dubur. Dubur ayam yang sehat bentuknya lebar, bulat dan
basah. Kulit di sekitar dubur tidak berkerut atau berwarna kuning tua,
tetapi keputih-putihan dan tidak kotor oleh tahi ayam yang mongering.
Bulu di sekitar dubur kering dan bersih. 16. Kaki. Kaki harus kuat dan
kokoh. Tidak terlalu besar atau kecil. Jari-jarinya menghampar, dengan
bentuk kuku tidak terlalu panjang atau bengkok. Taji tidak panjang
tetapi kuat. Sisik kaki menghimpit rata, tersusun teratur, dan
keadaannya licin mengkilap. Warna sesuai dengan jenis ayam bersangkutan.
17. Ekor. Ekor terbangun sesuai dengan jenis ayamnya. Bulu pangkal
sampai ujungnya tidak cacat.
Perkandangan
Kandang ayam kampung petelur dibuat sesuai dengan kepadatan ayam yang
diperlukan. Sehubungan dengan hal itu, beberapa batasan yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk anak ayam dalam indukan
setiap meter persegi cukup 30 ekor. 2. Untuk ayam remaja sebelum
memasuki masa bertelur, per meter persegi cukup untuk 14 – 16 ekor, bisa
dikurangi sesuai dengan peningkatan umur dan ukuran tubuh. 3. Untuk
ayam yang siap dan telah memasuki masa bertelur adalah 6 ekor per meter
persegi. Berdasarkan sistem lanatainya, maka kandang ayam kampung dapat
dibagi menjadi 2 macam, yaitu kandang sistem lantai liter dan kandang
dengan lantai cage. Kandang lantai liter adalah kadang yang lantainya
dilapisi denga liter berupa serbuk gergaji atau sekam padi setebal
sekitar 6 cm. Sistem ini sebenarnya cocok untuk ayam kampung bibit.
Sedangkan sistem lantai cage adalah dengan adanya jarak antara
tanah/lantai dengan dasar kandang. Model ini cocok untuk petelur. Pada
sistem kedua ini, disebut juga dengan sistem batery, cage dibuat miring
ke depan sehingga bila ayam bertelur maka telurnya segera menggelinding
kea rah depat yang telah disiapkan tempat penampung telur sehingga
petugas dapat dengan mudah mengumpulkan telurnya.
Pakan dan Nutrisi
Pemberian pakan merupakan bagian penting dalam usaha peternakan ayam
kampung petelur. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan untuk
produksi telur. Untuk itu secara nutrisi harus memenuhi semua yang
dibutuhkan. Paling tidak ada 6 kelompok nutrisi yang harus terpenuhi di
dalam pakan ayam. Keenam kelompok nutrisi tersebut adalah sebagai
berikut. 1. Air. Biasanya ayam mengkonsumsi air sebanyak 2 – 2,5 gram
air untuk setiap pakan yang dikonsumsi selama masa awal dan pertumbuhan.
Pada masa bertelur (petelur), ayam meminum sebanyak 1,5 – 2 gram air
untuk setiap gram pakan yang dikonsumsi. Karena rata-rata ransum ayam
yang diberikan mengandung tidak lebih dari 10% air maka penyediaan air
minum yang bersih mutlak diberikan secara ad libitum. 2. Protein.
Protein merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan bagi ayam kampung
petelur. Rata-rata kebutuhan protein untuk petelur adalah berkisar
antara 16 – 17%. Selain secara kuantitatif, protein pakan juga harus
mengandung asam amino yang lengkap, terutama asam amino esensial, yaitu
yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh ayam. 3. Karbohidrat. Fungsi
utama karbohidrat dalam pakan ayam adalah sebagai sumber energy.
Biji-bijian sereal dan turunannya merupakan sumber karbohidrat yang
baik. 4. Lemak. Ayam petelur memerlukan asam lemak esensial seperti asam
linoleat. Selain itu lemak juga menyumbangkan energy bagi ternak. Pada
umumya bahan pakan seperti dedak mengandung 2,5% lemak. 5. Mineral.
Mineral penting bagi ayam petelur terutama adalah kalsium (Ca), Fosfor
(P), Natrium (Na), Magnesium (Mg) dan lain-lain. Mineral-mineral
tersebut penting karena terkait dengan pembentukan telur. 6. Vitamin.
Vitamin pada umumnya berperan sebagai ko-enzim dan regulator metabolism.
Pakan yang defisiensi vitamin akan menurunkan produktivitas telur.
Jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe berdasarkan periode umur
ayam, yaitu: 1. Pakan starter, yaitu pakan yang diberikan untuk DOC
hingga berumur 8 minggu dan dalam bentuk remahan (mash). 2. Pakan
grower, yaitru diberikan kepada ayam berumur 8 – 20 minggu atau hingga
mulai bertelur. 3. Pakan layer, yaitu diberikan untuk ayam periode
bertelur.
Manajemen Pemeliharaan
Dalam usaha peternakan ayam kampong dengan tujuan untuk menghasilkan
telur, yang penting diperhatikan adalah perihal manajemen. Manajemen
ini meliputi pemberian pakan dan minum, kebersihan dan kesehatan
kandang, pemanenan dan pemasaran. Manajemen pakan dan minum harus
memperhatikan pula kebutuhan nutrisi ayam petelur. Air dan pakan yang
diberikan secara ad libitum agar terjamin kebutuhan nutrisinya.
Kecukupan akan pakan menghidarkan ayam dari stress dan terjaganya
produksi telurnya. Kebersihan dan kesehatan kandang akan membawa ayam
pada kondisi nyaman sehingga menhindari stress. Kandang dan
lingkungannya yang bersih juga menghidari adanya kontaminasi mikroba,
serangan hama dan penyakit ternak. Pemanenan telur yang dihasilkan harus
segera untuk menghindari telur kotor akibat tercampur feses atau
sisa-sisa pakan pada kandang. Hal ini untuk menjamin mutu telur yang
dihasilkan. Namun demikian, pemanenan tidak juga harus terlalu sering
karena dapat menyebabkan ayam stress.
Pustaka
Banerjee, G.C. Poultry. Oxford & IBH Publishing Co., Calcutta-Bombay-New Dehli.
Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B. 1988. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Buku Panduan Budidaya
Buku Panduan Teknis Budidaya
Artikel Pertanian
Artikel Peternakan
‹
›
Artikel Perikanan
Artikel Perkebunan
Artikel Hobi
Artikel XXXXX
Tagged with: Peternakan
About G3 MultiMediA
WePress Theme is officially developed by Templatezy Team. We published High quality Blogger Templates with Awesome Design for blogspot lovers.The very first Blogger Templates Company where you will find Responsive Design Templates.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment